KEBENARAN SEJATI

Kebenaran muncul dari apa yang dianggap baik dan membuka sesuatu dengan pikiran dan hasrat yang indah

Sabtu, 22 Agustus 2009

Menjelajah Segitiga Bermuda


Istilah Bermuda, asal mulanya dimaksudkan sebagai nama untuk bulan ketujuh penanggalan Mesir, yakni Naisan. Pada bulan ini petani menanam tebu dan memanen kurma. Istilah ini kemudian dipergunakan untuk menunjuk suatu segitiga imajinatif yang terletak di Samudera Atlantik. Segitiga Bermuda memiliki luas sekitar 770.000 km2, dan terdiri dari gugusan pulau-pulau yang jumlahnya mencapai 350 pulau, yang teletak dalam susunan mirip untaian manik-manik. Beberapa teluk kecil yang merupakan ujungnya, terletak seluruhnya di Samudera Atlantik , 930 km dari daratan Amerika. Kepulauan ini dijajah Inggris sejak tahun 1684, yang kemudian diubah statusnya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari (protektorat) Kerajaan Inggris Raya. Bermuda memperoleh pemerintahan otonom untuk urusan dalam negeri sejak tahun 1968. Jumlah pulau yang dihuni tidak lebih dari 60 pulau.

Puncak Segitiga imajinatif Bermuda, di bagian utara, terletak di Pulau Bermuda yang dengannya seluruh segitiga ini disebut. Sudut tenggaranya terletak di Puerto Riko, yang merupakan markas militer Amerika Serikat. Penduduknya berbahasa spanyol, di samping bahasa Inggris yang merupakan bahasa resmi. Ibukotanya San Juan. Sudut baratnya terletak di Miami.

Puluhan pesawat dan kapal laut dinyatakan hilang di Segitiga Bermuda tanpa diketahui rimbanya sepanjang beberapa tahun. Sebagian besar pesawat yang hilang adalah pesawat-pesawat kecil jenis tertentu. Kendati pesawat-pesawat tersebut hilang dalam suatu kecelakaan, tetapi tidak hilang jejak. Dalam kasus-kasus hilangnya pesawat-pesawat tersebut terdapat indicator human error, kerusakan mesin, cuaca buruk, pilot dan nakhoda yang kurang cakap. Sementara itu, lenyapnya pesawat-pesawat kecil di suatu kawasan yang demikian luas adalah merupakan sesuatu yang sudah wajar-wajar saja. Dari rekaman percakapan yang berhasil dilakukan sebelumnya, tetap terdapat hal-hal yang penting yang masih misterius, yang kemudian diteliti tetapi dengan hasil yang tidak jelas. Pesawat Star Tiger, tanpa sebab-sebab yang jelas dan tanpa mengirim sinyal-sinyal apapun, tiba-tiba lenyap , pada 30 January 1948, dalam perjalanannya ke Bermuda dengan 31 orang penumpang. Kapten pesawat (pilot) telah memastikan bahwa sebentar lagi mereka akan mendarat secara wajar di tempat yang dituju. Sementara itu, pada tanggal 28 Desember 1948, sebuah pesawat jenis DC-3 dengan 35 penumpang terbang dari Puerto Riko, dan menginformasikan bahwa ia sedang berada pada jarak 80 km selatan Miami, dan sesudah itu lenyap tak tentu rimbanya. Pada tanggal 17 January 1949 pesawat Star Areal yang setipe dengan pesawat Star Tiger sedang menuju tempat berangkatnya semula di Bermuda. Kapten pesawat menginformasikan bahwa cuaca sangat bagus, dan ia akan segera sampai di Jamaika sebentar lagi. Malangnya, tujuan tersebut tidak tercapai dan ia pun raib begitu saja. Barangkali yang lebih menarik daripada raibnya pesawat-pesawat tersebut adalah justru selamatnya sebuah kapal laut, tetapi sangat jauh menyimpang dari tujuan semula. Mary Silhouet, nama kapal tersebut, ditemukan pada bulan Desember 1972 sedang mengapung dalam keadaan kosong. Penumpangnya terdiri dari seorang pendeta dengan istri dan seorang anaknya, berikut delapan awak kapal. Semuanya lenyap tanpa jejak. Kasus ini dipandang sebagai kasus yang paling banyak menarik perhatian, terutama karena kapal tersebut ditemukan tanpa perlengkapan komunikasi dan alat-alat penyelamat. Route yang ditempuhnya adalah New York-Jenewa. Posisi terakhir yang sempat ditangkap sebelum ia lenyap adalah 2 km sebelah barat Pulau Azore. Tetapi, ketika Mary Silhouet ditemukan, ia berada di dekat Portugal, bukan di sekitar Bermuda. Kendati terdapat banyak teori yang dikemukakan orang untuk menginterpretasikan kasus ini, toh tidak ada seorang pun yang dapat membongkar misteri ini. Kasus lain yang sempat dicatat adalah peristiwa yang dialami oleh Kapal Carol Darling. Kapal ini mendekati pantai Carolina Utara bulan January 1921, tanpa penumpang seorang pun kecuali dua ekor kucing. Sedangkan awak kapalnya yang berjumlah 12 orang lenyap tanpa jejak. Demikian pula seluruh peralatan penyelamatnya. Tidak ada seorangpun yang bisa menjelaskan dengan baik mengapa awak kapal tersebuut meninggalkan kapalnya begitu saja. Seluruh mesin kapal berfungsi dengan baik, dan barang-barangnya pun berada pada tempat yang semestinya. Yang sangat menarik dalam peristiwa ini adalah bahwa, di kapal itu terdapat meja makan dengan sisa-sisa makanan yang belum diangkat. Tampaknya, sesuatu telah terjadi dengan tiba-tiba. Yang lebih aneh dari itu adalah lenyapnya kapal Houwitz pada waktu dan tempat yang sama. Pemerintah Amerika yakin selama beberapa bulan bahwa kedua kapal tersebut diserang para pembajak. Sebab, diperoleh tanda-tanda tentang adanya orang-orang tak dikenal yang masuk ke dalam kapal tersebut. Pemerintah menyandarkan anggapannya pada informasi yang diberikan oleh kapal lain yang sempat melihat Carol Darling dan melihat adanya seseorang dengan kepala merah melambai-lambaikan tangan kepada merka. Tidak diketahui dengan pasti apakah orang itu merupakan salah seorang awak kapal atau bukan. Para penumpang di kapal asing tersebut juga menginformasikan telah melihat kapal lain di dekat posisi Carol Darling. Tetapi, kita tidak tahu pasti apakah kapal tersebut Houwitz atau bukan. Peristiwa segitiga Bermuda lainnya yang sangat menarik adalah hilangnya Skylob pada bulan Maret 1917, dalam kondisi yang betul-betul misterius. Surat-surat kabar menberitakan bahwa ahli-ahli maritime tidak percaya, bahwa kapal terbesar dalam jajaran armada Amerika ini bisa raib beitu saja. Konon lagi bila diingat bahwa kapal tersebut berlayar dalam cuaca yang sangat bagus, dan lenyap tanpa jejak, tak terkecuali 300 awaknya. Kalau kapal ini mengalami suatu kesulitan, tentunya mereka memberikan isyarat permintaan bantuan (SOS), khususnya karena ia dilengkapi dengan radar dan alat komunikasi yang baik. Anehnya kapal tersebut raib tanpa terlebih dahulu menggunakan alat-alat komunikasinya.

Dari fenomena misterius Segitiga Misterius muncul berbagai ceita khayal. Sebagaimana halnya dengan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh kapal-kapal yang telah dipaparkan terdahulu, maka gambaran-gambaran yang telah diberikan orang tentang Segitiga Bermuda pun betul-betul misterius. Contoh untuk itu adalah peristiwa yang terjadi kemudian. Yakni peristiwa yang terjadi pada sore hari tanggal 27 Februari 1935, ketika penghuni hotel di Pantai Dytona dan orang-orang yang sedang berjemur di pantai itu dikejutkan oleh sebuah pesawat yang terbang rendah di atas mereka, dan tiba-tiba menukik ke laut. Para penyelam dari tim SAR segera dikerahkan, tetapi mereka tidak menemukan apapun. Akan tetapi orang-orang di situ menegaskan bahwa mereka betul-betul menyaksikan pesawat yang jatuh ke laut tersebut. Akan tetapi pelacakan tidak menemukan tanda-tanda adanya pesawat yang jatuh. Pada msim gugur tahun 1967, tatkala kapal pesiar Queen Elizabeth I berlayar menuju Nassau, dua orang petugas yang berada di anjungan menyaksikan sebuah pesawat kecil yang secara diam-diam dan tiba-tiba menyambar kea rah mereka, dan kemudian tidak menemukan tanda-tanda apapun.

Yang lebih menakjubkan lagi adalah upaya yang dilakukan oleh para sarjana dalam memecahkan misteri tersebut dengan mengemukakan berbagai interpretasi khayali, sampai-sampai di antara mereka ada yang mengatakan bahawa Segitiga Bermuda adalah daerah elektromagnetik. Pandangan seperti ini menginterpretasikan peristiwa-peristiwa tersebut sebagi ulangan dari penampilan kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu yang pernah terjadi di wilayah tersebut karena adanya lorong waktu (time tannel). Artinya, di wilayah ini terdapat satu radius yang bisa mengulang peristiwa-peristiwa yang terjadi masa lalu. Atau, di Bermuda terdapat satu tempat yang bila dilalui akan terjadi peralihan tempat dan waktu. Pesawat-pesawat dan kapal-kapal laut, berikut penumpang-penumpangnya, masih tetap hidup, tetapi berada di tempat dan waktu yang lain.

Di wilayah yang disebut Segitiga Bermuda ini, yang untuk masa-masa kemudian dijuluki dengan “Kuburan Atlantik”, terdapat kisah ganjil yang sangat mengerikan, yang merupakan malapetaka yang menimpa ekspedisi yang dilakukan oleh Skuadron ke-19 Amerika, yang kalau tidak karena peristiwa tersebut, Segitiga Bermuda pasti tidak akan terkenal di seluruh dunia. Pada hari kamis bulan January 1945 lima pesawat tempur jenis TTB30 Finger bertolak dari pangkalannya di Port Louderdile di wilayah Florida, Amerika Serikat. Kelima pesawat tersebut terbang dalam misi rutin penyelamatan kapal-kapal yang mengarungi lautan. Ketika jam menunjukkan pukul 15.15 petang, misi tersebut selesai dilaksanakan. Saat itu komandan ekspedisi, Letnan Udara Charles Taylor, memberi komando untuk kembali ke pangkalan. Tiba-tiba dan tanpa diduga datang peringatan pertama tentang terjadinya bahaya. Menara pengawas di Port Louderdile menerima kawat dari letnan Charles Tylor, komandan ekspedisi ke-19, yang membuat kaget Komodor Wersink yang bertanggung jawab di menara pengawas. Teks kawat tersebut berbunyi. “Di sini Letnan Charles Taylor, komandan ekspedisi ke-19, apa bisa ditangkap…? Mohon dijawab….. Kami kehilangan petunjuk untuk kembali….. kami tersesat …. Saya tidak dapat melihat daratan! Saya tidak dapat tahu arah Barat… Semua yang ada di sekitar saya kacau… Aneh…. Bahkan wilayah tempat saya berada sekarang nyaris tidak saya kenal… Tampaknya…. Tampaknya…”

Tiba-tiba suara terputus dan kawat pun tidak ada kelanjutannya. Suasana hening dan mencekam. Sedangkan petugas yang berada di menara pengawas Komander Dersink mengalami ketegangan luar biasa. Menit-menit sesudah dia menerima kawat itu, adalah saat-saat yang berat baginya. Sebelum hilang ketegangan yang mencekam dirinya, dia segera mencoba melakukan kontak denan komandan ekspedisi ke-19. Akhirnya jawaban diterima: “Saya tidak tahu dimana saya berada. Sepertinya kami tersesat. Bisa didengar? Mohon dijawab….” Lagi-lagi hubungan terputus. Segera Komander Wersink mengerahkan tim SAR yang berada di bawah komandonya, dan memerintahkan agar secepatnya menyelamatkan ekspedisi ke-19. Dengan kecepatan penuh, berangkatlah pesawat tempur Angkatan Laut dengan membawa 13 personil yang sangat berpengalaman dalam tugas-tugas penyelamatan, untuk menyelamatkan ekspedisi tersebut. Ketika tim SAR itu sampai di tempat yang dituju, terjadilah peristiwa yang sama sekali tidak pernah diduga. Bahkan tidak akan bisa dibayangkan oleh siapapun. Sebab, ketika berada pada saat-saat yang demikian kritis itu, tiba-tiba tim SAR itu lenyap di balik kabut misterius tanpa meninggalkan jejak sedikit pun, kecuali laut yang membisu, dan berakhir semuanya di situ. Skuadron yang terdiri dari lima pesawat tempur dengan empat belas awaknya, lenyap begitu saja, disusul oleh tim SAR yang terdiri dari tiga belas personil yang sangat berpengalaman dalam tugas-tugas penyelamatan seperti itu, sebelum mereka melaksanakan tugasnya. Salah seorang penerbang yang saat itu melakukan pengawalan dari jarak yang agak dekat dengan tempat kejadian menegaskan bahwa alat pencatat berita yang ada di pesawatnya juga menangkap kawat sejenis yang dikrimkan oleh Letnan Charles Taylor ke Pangkalan Forest Londerdile yang berbunyi sebagai berikut: “Di sini Letnan Charles Taylor…. Komandan Skuadron ke-19. Bisa didengar? Minta dijawab! Sekarang saya tahu dimana saya berada…. Akhirnya saya tahu dimana posisi saya! Saya berada di ketinggian tidak kurang dari 2300 kaki. Tetapi ada sesuatu yang tidak wajar. Tidak, tetapi apa yang saya lihat adalah mustahil sesuatu yang wajar! Bisa didengar? Minta dijawab! Segala sesuatu di depan saya bergerak ke arah saya dan menghalangi saya. Saya bergerak dengan sendirinya…. Dapat didengar? Minta dijawab! Kecepatan seratus mil. Seluruh kompas berjalan seakan-akan dikendalikan sesuatu. Masing-masing menunjukkan arah yang berbeda-beda. Dapat didengar? Minta dijawab!...” Pesan lain yang bisa ditangkap di layar radar di pangkalan Londerdille menunjukkan suara Tylor yang ditujukan kepada tim SAR, “jangan mengikuti saya…. Sedapat mungkin jangan mengikuti saya… Jangan mendekat….” Dalam pesan yang lain suara Tylor mengatakan, “Berakhir sudah….. Jangan mendekati kami…. Jangan mendekat… Tidak ada gunanya sama sekali! Mereka adalah pendatang dari luar angkasa! Mereka… Mereka adalah penghuni dari planet lain! Begitulah yang saya lihat….. Saya ulangi…. Semuanya sudah berakhir…. Bisa didengar? Minta dijawab! Semuanya sudah berakhir!”

Vincent Cadys, seorang spesialis peristiwa-peristiwa misterius kelautan, dan sekaligus orang pertama yang menggunakan sebutan Segitiga Bermuda, mengatakan bahwa daerah ini adalah daerah yang sangat berbahaya bagi pelayaran dan penerbangan pesawat dan kapal laut, yang korbannya mencapai lebih dari 1000 orang. Sebagian besar peristiwa misterius tersebut terjadi pada athun 1945. Dalam semua peristiwa itu baik pesawat maupun kapal laut betul-betul hilang tanpa jejak, dan tidak meninggalkan korban sebagaimana yang terjadi, misalnya pada kapal yang dihantam ombak atu pesawat jatuh, yang kemudian memperlihatkan mayat-mayat yang mengapung. Ketika terjadi peristiwa seperti itu, anehnya, laut dalam keadaan tenang dan cuaca pun sangat baik.

Sementara itu, Charles Berlins, penulis buku Bermuda Triangle memaparkan secara panjang lebar dalam bukunya yang terakhir, Tanpa Jejak, tentang hilangnya berbagai pesawat dan kapal, yang dimulai dari kapal Perancis Rousalie yang melewati daerah ini pada tahun 1940. Mesinnya tetap baik dan muatannya pun tidak diusik. Tetapi, kapal ini kosong (tidak berpenumpang maupun berawak), dan berakhir dengan raibnya kapal barang besar milik Amerika Serikat, Anita, dengan muatan 20.000 ton, pada tanggal 23 Maret 1973. Sebelum itu, yakni di tahun 1972 hilang pula di wilayah tersebut seorang nelayan bernama Hary Silatszky. Nasib yang sama dialami pula oleh sebuah kapal Belanda, Herminea, yamg ditemukan oleh seorang pengawal pantai yang sedang berlayar di dekat kapal tersebut. Hermine berlayar seakan tanpa tujuan di dekat selatan pantai Inggris pada tahun 1949. Kapal ini ditemukan tanpa layar, yamg membuktikan bahwa ia bekas dihantam badai. Akan tetapi ketika pengawal pantai tersebut naik ke kapal itu, ternyata dia tidak menemukan seorang penumpang pun. Tampaknya seluruh penumpang telah meninggalkan kapal layar itu. Yang aneh adalah bahwa kapal tersebut mempunyai pelampung yang masih tersimpan rapih dalm sebuah peti, sebagaimana halnya dengan barang-barang lainnya yang tersimpan rapih. Akn tetapi di situ tidak ada tanda-tanda bahwa kapal layar itu pernah mengalami gangguan. Semua barang tersusun rapi di tempatnya, tetapi tanpa penumpang dan awak kapal. Terdapat pula peristiwa yang jauh lebih misterius yang berkaitan dengan kapal Inggris Ilian Austin. Pada musim semi tahun 1881 kapal ini mengarungi samudera dalam perjalanannya menuju pelabuhan San Juan di New Finland. Ketika sedang mengarungi Lautan Atlantik, para awaknya melihat sebuah kapal layar dalam rute yang berlawanan. Ketika mereka mendekat, tahulah mereka bahwa kapal layar tersebut dalam keadaan kosong dan terombang-ambing tidak menentu. Sejumlah awak kapal segera naik ke atas kapal itu, dan ternyata mereka menemukan barang-barang yang ada di dalam kapal itu masih tersusun rapih. Tidak ada tanda-tanda bahwa kapal tersebut pernah diserang badai atau perompak, namun seluruh penumpang dan awak kapalnya raib tanpa bekas. Beberapa awak kapal Ilian Austin ditempatkan di kapal mahal tersebut untuk mengemudikannya. Beberapa waktu lamanya, kedua kapal itu berlayar berdampingan. Namun, tiba-tiba datang badai tanpa terduga yang membuat kedua kapal itu terpisah. Ketka badai mereda dan kapal misterius itu terlihat kembali, dua orang pengawas kapal Ilian Austin melihat dari teropong mereka. Ternyata di kapal itu sudah tidak ada seorang manusia pun. Nakhoda segera memerintahkan anak buahnya untuk menurunkan sekoci dan dia sendiri naik ke atas kapal layar itu. Ternyata kapal layar itu memang kosong. Anak buahnya yang dia tempatkan di kapal tersebut ternyata raib tanpa jejak. Penumpang Ilian Austin gempar. Kedua pengawas kapal itu segera mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mencari awak kapal yang hilang itu, tetapi tetap tidak ditemukan. Nakhoda sekali lagi menempatkan empat anak buahnya yang lain untuk menjalankan kapal misterius tersebut. Beberapa waktu kemudian kapal tak dikenal itupun lenyap di kejauhan. Nakhoda tidak menaruh curiga apapun dan dia yakin sepenuhnya bahwa dia akan menemukan kapal itu di pelabuhan San Juans ketika nanti kapalnya merapat. Akan tetapi, begitu kapalnya merapat di dermaga, ternyata dia tidak menemukan kapal tersebut. Kapal itu lenyap berikut empat anak buahnya yang berada di atasnya. Persoalan penting yang berkaitan dengan masalah seperti ini adalah bahwa kapal tersebut tidak dilengkapi dengan alat perekam yang mencatat peristiwa yang dialaminya, sehingga membuat orang-orang ragu akan berita yang disampaikannya. Akan tetapi dalam beberapa kasus lainnya, khususnya yang terjadi lebih terkemudian, seperti yang dialami oleh kapal Amerika Goethe, yang ditinggalkan begitu saja di dekat Pulau Samoa pada tahun 1955, jelas kapal ini dilengkapi dengan peralatan canggih yang mencatat kejadian sehari-hari. Akan tetapi, secara tiba-tiba alat pencatat dan pengirim beritanya berhenti bekerja, yang menunjukkan bahwa kapal tersebut sedang berada dalam keadaan bahaya. Yang lebih mengherankan lagi adalah bahwa kapal ini dilengkapi dengan semacam pelampung besar di kedua sisinya, sehingga mustahil bisa tenggelam. Para arsitek tahu betul akan hal itu. Lantas, masalah apa yang kira-kira mengganggu para awaknya sehingga mereka meninggalkan kapal tersebut begitu saja, dan menggunakan sekoci yang memang tidak ditemukan di kapal itu? Tidak ada seorang pun yang tahu.

Lembaga Meteorologi dan Geofisika Amerika mengorbitkan satelit buatan guna menyingkap misteri Bermuda dan memantau tempat-tempat tertentu di muka bumi. Akan tetapi, sekali waktu, tiba-tiba saja dan denan sangat mengejutkan pesan-pesan dan suara-suara yang ditangkapnya saat ia melintasi wilayah Bermuda terputus begitu saja. Profesor Wyne Mitchgeon ditugasi untuk meneliti peristiwa tersebut. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa, “Kita sedang berbicara tentang suatu kekuatan yang sangat besar dan tanpa batas dan kita tidak tahu sedikitpun tentang itu.” Kendati satelit tersebut tetap mengirimkan gambar tentang awan dan lapisan tanah, melalui sinar infra merah, namun ganbar yang dikirimkannya ternyata tertangkap di bagian bumi yang berhadapan. Yang pertama di Alaska dan yang kedua di Virginia. Seluruh pesan yang dikirimkannya tidak terputus kecuali ketika satelit tersebut melintasi daerah Bermuda. Di layar monitor hanya terlihat medan luas yang kosong dan sunyi. Akan tetapi yang lebih dari itu adalah bahwa satelit tersebut mengirimkan gambar yang sangat aneh, dan itu terjadi ketika ia melintasi wilayah Bermuda. Di layar monitor terlihat satu daratan luas yang terletak tepat di Segitiga Bermuda. Ini, tentu saja sangat mengejutkan. Adalah sangat mustahil bahwa di samudera dan di daerah kosong sperti itu terdapat daratan yang sangat luas. Seiring dengan munculnya gambar di layar monitor tersebut, segera dibentuk tim ahli untuk meneliti daratan yang terletak di Bermuda tersebut. Malangnya, di wilayah itu mereka tidak menemukan apapun kecuali hembusa angin kencang dan deburan ombak. Yang lebih mengherankan lagi adalah bahwa, pada tahun 1966, Angkatan Laut Amerika kembali melakukan survey terhadap wilayah Bermuda. Untuk itu dikerahkanlah detector suara dan gambar yang sangat sangat canggih kea rah Bermuda. Ternyata yang tertangkap oleh peralatan canggih ini hanyalah suara-suara hiruk pikuk dan tak dikenal, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan suara-suara di dasar laut yang pernal dikenal manusia. Akhirnya, tahulah mereka bahwa mereaka sedang berhadapan dengan makhluk-makhluk asing yang tidak diketaui oleh siapapun kecuali Penciptanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar