KEBENARAN SEJATI

Kebenaran muncul dari apa yang dianggap baik dan membuka sesuatu dengan pikiran dan hasrat yang indah

Sabtu, 22 Agustus 2009

Menjelajah Segitiga Bermuda


Istilah Bermuda, asal mulanya dimaksudkan sebagai nama untuk bulan ketujuh penanggalan Mesir, yakni Naisan. Pada bulan ini petani menanam tebu dan memanen kurma. Istilah ini kemudian dipergunakan untuk menunjuk suatu segitiga imajinatif yang terletak di Samudera Atlantik. Segitiga Bermuda memiliki luas sekitar 770.000 km2, dan terdiri dari gugusan pulau-pulau yang jumlahnya mencapai 350 pulau, yang teletak dalam susunan mirip untaian manik-manik. Beberapa teluk kecil yang merupakan ujungnya, terletak seluruhnya di Samudera Atlantik , 930 km dari daratan Amerika. Kepulauan ini dijajah Inggris sejak tahun 1684, yang kemudian diubah statusnya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari (protektorat) Kerajaan Inggris Raya. Bermuda memperoleh pemerintahan otonom untuk urusan dalam negeri sejak tahun 1968. Jumlah pulau yang dihuni tidak lebih dari 60 pulau.

Puncak Segitiga imajinatif Bermuda, di bagian utara, terletak di Pulau Bermuda yang dengannya seluruh segitiga ini disebut. Sudut tenggaranya terletak di Puerto Riko, yang merupakan markas militer Amerika Serikat. Penduduknya berbahasa spanyol, di samping bahasa Inggris yang merupakan bahasa resmi. Ibukotanya San Juan. Sudut baratnya terletak di Miami.

Puluhan pesawat dan kapal laut dinyatakan hilang di Segitiga Bermuda tanpa diketahui rimbanya sepanjang beberapa tahun. Sebagian besar pesawat yang hilang adalah pesawat-pesawat kecil jenis tertentu. Kendati pesawat-pesawat tersebut hilang dalam suatu kecelakaan, tetapi tidak hilang jejak. Dalam kasus-kasus hilangnya pesawat-pesawat tersebut terdapat indicator human error, kerusakan mesin, cuaca buruk, pilot dan nakhoda yang kurang cakap. Sementara itu, lenyapnya pesawat-pesawat kecil di suatu kawasan yang demikian luas adalah merupakan sesuatu yang sudah wajar-wajar saja. Dari rekaman percakapan yang berhasil dilakukan sebelumnya, tetap terdapat hal-hal yang penting yang masih misterius, yang kemudian diteliti tetapi dengan hasil yang tidak jelas. Pesawat Star Tiger, tanpa sebab-sebab yang jelas dan tanpa mengirim sinyal-sinyal apapun, tiba-tiba lenyap , pada 30 January 1948, dalam perjalanannya ke Bermuda dengan 31 orang penumpang. Kapten pesawat (pilot) telah memastikan bahwa sebentar lagi mereka akan mendarat secara wajar di tempat yang dituju. Sementara itu, pada tanggal 28 Desember 1948, sebuah pesawat jenis DC-3 dengan 35 penumpang terbang dari Puerto Riko, dan menginformasikan bahwa ia sedang berada pada jarak 80 km selatan Miami, dan sesudah itu lenyap tak tentu rimbanya. Pada tanggal 17 January 1949 pesawat Star Areal yang setipe dengan pesawat Star Tiger sedang menuju tempat berangkatnya semula di Bermuda. Kapten pesawat menginformasikan bahwa cuaca sangat bagus, dan ia akan segera sampai di Jamaika sebentar lagi. Malangnya, tujuan tersebut tidak tercapai dan ia pun raib begitu saja. Barangkali yang lebih menarik daripada raibnya pesawat-pesawat tersebut adalah justru selamatnya sebuah kapal laut, tetapi sangat jauh menyimpang dari tujuan semula. Mary Silhouet, nama kapal tersebut, ditemukan pada bulan Desember 1972 sedang mengapung dalam keadaan kosong. Penumpangnya terdiri dari seorang pendeta dengan istri dan seorang anaknya, berikut delapan awak kapal. Semuanya lenyap tanpa jejak. Kasus ini dipandang sebagai kasus yang paling banyak menarik perhatian, terutama karena kapal tersebut ditemukan tanpa perlengkapan komunikasi dan alat-alat penyelamat. Route yang ditempuhnya adalah New York-Jenewa. Posisi terakhir yang sempat ditangkap sebelum ia lenyap adalah 2 km sebelah barat Pulau Azore. Tetapi, ketika Mary Silhouet ditemukan, ia berada di dekat Portugal, bukan di sekitar Bermuda. Kendati terdapat banyak teori yang dikemukakan orang untuk menginterpretasikan kasus ini, toh tidak ada seorang pun yang dapat membongkar misteri ini. Kasus lain yang sempat dicatat adalah peristiwa yang dialami oleh Kapal Carol Darling. Kapal ini mendekati pantai Carolina Utara bulan January 1921, tanpa penumpang seorang pun kecuali dua ekor kucing. Sedangkan awak kapalnya yang berjumlah 12 orang lenyap tanpa jejak. Demikian pula seluruh peralatan penyelamatnya. Tidak ada seorangpun yang bisa menjelaskan dengan baik mengapa awak kapal tersebuut meninggalkan kapalnya begitu saja. Seluruh mesin kapal berfungsi dengan baik, dan barang-barangnya pun berada pada tempat yang semestinya. Yang sangat menarik dalam peristiwa ini adalah bahwa, di kapal itu terdapat meja makan dengan sisa-sisa makanan yang belum diangkat. Tampaknya, sesuatu telah terjadi dengan tiba-tiba. Yang lebih aneh dari itu adalah lenyapnya kapal Houwitz pada waktu dan tempat yang sama. Pemerintah Amerika yakin selama beberapa bulan bahwa kedua kapal tersebut diserang para pembajak. Sebab, diperoleh tanda-tanda tentang adanya orang-orang tak dikenal yang masuk ke dalam kapal tersebut. Pemerintah menyandarkan anggapannya pada informasi yang diberikan oleh kapal lain yang sempat melihat Carol Darling dan melihat adanya seseorang dengan kepala merah melambai-lambaikan tangan kepada merka. Tidak diketahui dengan pasti apakah orang itu merupakan salah seorang awak kapal atau bukan. Para penumpang di kapal asing tersebut juga menginformasikan telah melihat kapal lain di dekat posisi Carol Darling. Tetapi, kita tidak tahu pasti apakah kapal tersebut Houwitz atau bukan. Peristiwa segitiga Bermuda lainnya yang sangat menarik adalah hilangnya Skylob pada bulan Maret 1917, dalam kondisi yang betul-betul misterius. Surat-surat kabar menberitakan bahwa ahli-ahli maritime tidak percaya, bahwa kapal terbesar dalam jajaran armada Amerika ini bisa raib beitu saja. Konon lagi bila diingat bahwa kapal tersebut berlayar dalam cuaca yang sangat bagus, dan lenyap tanpa jejak, tak terkecuali 300 awaknya. Kalau kapal ini mengalami suatu kesulitan, tentunya mereka memberikan isyarat permintaan bantuan (SOS), khususnya karena ia dilengkapi dengan radar dan alat komunikasi yang baik. Anehnya kapal tersebut raib tanpa terlebih dahulu menggunakan alat-alat komunikasinya.

Dari fenomena misterius Segitiga Misterius muncul berbagai ceita khayal. Sebagaimana halnya dengan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh kapal-kapal yang telah dipaparkan terdahulu, maka gambaran-gambaran yang telah diberikan orang tentang Segitiga Bermuda pun betul-betul misterius. Contoh untuk itu adalah peristiwa yang terjadi kemudian. Yakni peristiwa yang terjadi pada sore hari tanggal 27 Februari 1935, ketika penghuni hotel di Pantai Dytona dan orang-orang yang sedang berjemur di pantai itu dikejutkan oleh sebuah pesawat yang terbang rendah di atas mereka, dan tiba-tiba menukik ke laut. Para penyelam dari tim SAR segera dikerahkan, tetapi mereka tidak menemukan apapun. Akan tetapi orang-orang di situ menegaskan bahwa mereka betul-betul menyaksikan pesawat yang jatuh ke laut tersebut. Akan tetapi pelacakan tidak menemukan tanda-tanda adanya pesawat yang jatuh. Pada msim gugur tahun 1967, tatkala kapal pesiar Queen Elizabeth I berlayar menuju Nassau, dua orang petugas yang berada di anjungan menyaksikan sebuah pesawat kecil yang secara diam-diam dan tiba-tiba menyambar kea rah mereka, dan kemudian tidak menemukan tanda-tanda apapun.

Yang lebih menakjubkan lagi adalah upaya yang dilakukan oleh para sarjana dalam memecahkan misteri tersebut dengan mengemukakan berbagai interpretasi khayali, sampai-sampai di antara mereka ada yang mengatakan bahawa Segitiga Bermuda adalah daerah elektromagnetik. Pandangan seperti ini menginterpretasikan peristiwa-peristiwa tersebut sebagi ulangan dari penampilan kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu yang pernah terjadi di wilayah tersebut karena adanya lorong waktu (time tannel). Artinya, di wilayah ini terdapat satu radius yang bisa mengulang peristiwa-peristiwa yang terjadi masa lalu. Atau, di Bermuda terdapat satu tempat yang bila dilalui akan terjadi peralihan tempat dan waktu. Pesawat-pesawat dan kapal-kapal laut, berikut penumpang-penumpangnya, masih tetap hidup, tetapi berada di tempat dan waktu yang lain.

Di wilayah yang disebut Segitiga Bermuda ini, yang untuk masa-masa kemudian dijuluki dengan “Kuburan Atlantik”, terdapat kisah ganjil yang sangat mengerikan, yang merupakan malapetaka yang menimpa ekspedisi yang dilakukan oleh Skuadron ke-19 Amerika, yang kalau tidak karena peristiwa tersebut, Segitiga Bermuda pasti tidak akan terkenal di seluruh dunia. Pada hari kamis bulan January 1945 lima pesawat tempur jenis TTB30 Finger bertolak dari pangkalannya di Port Louderdile di wilayah Florida, Amerika Serikat. Kelima pesawat tersebut terbang dalam misi rutin penyelamatan kapal-kapal yang mengarungi lautan. Ketika jam menunjukkan pukul 15.15 petang, misi tersebut selesai dilaksanakan. Saat itu komandan ekspedisi, Letnan Udara Charles Taylor, memberi komando untuk kembali ke pangkalan. Tiba-tiba dan tanpa diduga datang peringatan pertama tentang terjadinya bahaya. Menara pengawas di Port Louderdile menerima kawat dari letnan Charles Tylor, komandan ekspedisi ke-19, yang membuat kaget Komodor Wersink yang bertanggung jawab di menara pengawas. Teks kawat tersebut berbunyi. “Di sini Letnan Charles Taylor, komandan ekspedisi ke-19, apa bisa ditangkap…? Mohon dijawab….. Kami kehilangan petunjuk untuk kembali….. kami tersesat …. Saya tidak dapat melihat daratan! Saya tidak dapat tahu arah Barat… Semua yang ada di sekitar saya kacau… Aneh…. Bahkan wilayah tempat saya berada sekarang nyaris tidak saya kenal… Tampaknya…. Tampaknya…”

Tiba-tiba suara terputus dan kawat pun tidak ada kelanjutannya. Suasana hening dan mencekam. Sedangkan petugas yang berada di menara pengawas Komander Dersink mengalami ketegangan luar biasa. Menit-menit sesudah dia menerima kawat itu, adalah saat-saat yang berat baginya. Sebelum hilang ketegangan yang mencekam dirinya, dia segera mencoba melakukan kontak denan komandan ekspedisi ke-19. Akhirnya jawaban diterima: “Saya tidak tahu dimana saya berada. Sepertinya kami tersesat. Bisa didengar? Mohon dijawab….” Lagi-lagi hubungan terputus. Segera Komander Wersink mengerahkan tim SAR yang berada di bawah komandonya, dan memerintahkan agar secepatnya menyelamatkan ekspedisi ke-19. Dengan kecepatan penuh, berangkatlah pesawat tempur Angkatan Laut dengan membawa 13 personil yang sangat berpengalaman dalam tugas-tugas penyelamatan, untuk menyelamatkan ekspedisi tersebut. Ketika tim SAR itu sampai di tempat yang dituju, terjadilah peristiwa yang sama sekali tidak pernah diduga. Bahkan tidak akan bisa dibayangkan oleh siapapun. Sebab, ketika berada pada saat-saat yang demikian kritis itu, tiba-tiba tim SAR itu lenyap di balik kabut misterius tanpa meninggalkan jejak sedikit pun, kecuali laut yang membisu, dan berakhir semuanya di situ. Skuadron yang terdiri dari lima pesawat tempur dengan empat belas awaknya, lenyap begitu saja, disusul oleh tim SAR yang terdiri dari tiga belas personil yang sangat berpengalaman dalam tugas-tugas penyelamatan seperti itu, sebelum mereka melaksanakan tugasnya. Salah seorang penerbang yang saat itu melakukan pengawalan dari jarak yang agak dekat dengan tempat kejadian menegaskan bahwa alat pencatat berita yang ada di pesawatnya juga menangkap kawat sejenis yang dikrimkan oleh Letnan Charles Taylor ke Pangkalan Forest Londerdile yang berbunyi sebagai berikut: “Di sini Letnan Charles Taylor…. Komandan Skuadron ke-19. Bisa didengar? Minta dijawab! Sekarang saya tahu dimana saya berada…. Akhirnya saya tahu dimana posisi saya! Saya berada di ketinggian tidak kurang dari 2300 kaki. Tetapi ada sesuatu yang tidak wajar. Tidak, tetapi apa yang saya lihat adalah mustahil sesuatu yang wajar! Bisa didengar? Minta dijawab! Segala sesuatu di depan saya bergerak ke arah saya dan menghalangi saya. Saya bergerak dengan sendirinya…. Dapat didengar? Minta dijawab! Kecepatan seratus mil. Seluruh kompas berjalan seakan-akan dikendalikan sesuatu. Masing-masing menunjukkan arah yang berbeda-beda. Dapat didengar? Minta dijawab!...” Pesan lain yang bisa ditangkap di layar radar di pangkalan Londerdille menunjukkan suara Tylor yang ditujukan kepada tim SAR, “jangan mengikuti saya…. Sedapat mungkin jangan mengikuti saya… Jangan mendekat….” Dalam pesan yang lain suara Tylor mengatakan, “Berakhir sudah….. Jangan mendekati kami…. Jangan mendekat… Tidak ada gunanya sama sekali! Mereka adalah pendatang dari luar angkasa! Mereka… Mereka adalah penghuni dari planet lain! Begitulah yang saya lihat….. Saya ulangi…. Semuanya sudah berakhir…. Bisa didengar? Minta dijawab! Semuanya sudah berakhir!”

Vincent Cadys, seorang spesialis peristiwa-peristiwa misterius kelautan, dan sekaligus orang pertama yang menggunakan sebutan Segitiga Bermuda, mengatakan bahwa daerah ini adalah daerah yang sangat berbahaya bagi pelayaran dan penerbangan pesawat dan kapal laut, yang korbannya mencapai lebih dari 1000 orang. Sebagian besar peristiwa misterius tersebut terjadi pada athun 1945. Dalam semua peristiwa itu baik pesawat maupun kapal laut betul-betul hilang tanpa jejak, dan tidak meninggalkan korban sebagaimana yang terjadi, misalnya pada kapal yang dihantam ombak atu pesawat jatuh, yang kemudian memperlihatkan mayat-mayat yang mengapung. Ketika terjadi peristiwa seperti itu, anehnya, laut dalam keadaan tenang dan cuaca pun sangat baik.

Sementara itu, Charles Berlins, penulis buku Bermuda Triangle memaparkan secara panjang lebar dalam bukunya yang terakhir, Tanpa Jejak, tentang hilangnya berbagai pesawat dan kapal, yang dimulai dari kapal Perancis Rousalie yang melewati daerah ini pada tahun 1940. Mesinnya tetap baik dan muatannya pun tidak diusik. Tetapi, kapal ini kosong (tidak berpenumpang maupun berawak), dan berakhir dengan raibnya kapal barang besar milik Amerika Serikat, Anita, dengan muatan 20.000 ton, pada tanggal 23 Maret 1973. Sebelum itu, yakni di tahun 1972 hilang pula di wilayah tersebut seorang nelayan bernama Hary Silatszky. Nasib yang sama dialami pula oleh sebuah kapal Belanda, Herminea, yamg ditemukan oleh seorang pengawal pantai yang sedang berlayar di dekat kapal tersebut. Hermine berlayar seakan tanpa tujuan di dekat selatan pantai Inggris pada tahun 1949. Kapal ini ditemukan tanpa layar, yamg membuktikan bahwa ia bekas dihantam badai. Akan tetapi ketika pengawal pantai tersebut naik ke kapal itu, ternyata dia tidak menemukan seorang penumpang pun. Tampaknya seluruh penumpang telah meninggalkan kapal layar itu. Yang aneh adalah bahwa kapal tersebut mempunyai pelampung yang masih tersimpan rapih dalm sebuah peti, sebagaimana halnya dengan barang-barang lainnya yang tersimpan rapih. Akn tetapi di situ tidak ada tanda-tanda bahwa kapal layar itu pernah mengalami gangguan. Semua barang tersusun rapi di tempatnya, tetapi tanpa penumpang dan awak kapal. Terdapat pula peristiwa yang jauh lebih misterius yang berkaitan dengan kapal Inggris Ilian Austin. Pada musim semi tahun 1881 kapal ini mengarungi samudera dalam perjalanannya menuju pelabuhan San Juan di New Finland. Ketika sedang mengarungi Lautan Atlantik, para awaknya melihat sebuah kapal layar dalam rute yang berlawanan. Ketika mereka mendekat, tahulah mereka bahwa kapal layar tersebut dalam keadaan kosong dan terombang-ambing tidak menentu. Sejumlah awak kapal segera naik ke atas kapal itu, dan ternyata mereka menemukan barang-barang yang ada di dalam kapal itu masih tersusun rapih. Tidak ada tanda-tanda bahwa kapal tersebut pernah diserang badai atau perompak, namun seluruh penumpang dan awak kapalnya raib tanpa bekas. Beberapa awak kapal Ilian Austin ditempatkan di kapal mahal tersebut untuk mengemudikannya. Beberapa waktu lamanya, kedua kapal itu berlayar berdampingan. Namun, tiba-tiba datang badai tanpa terduga yang membuat kedua kapal itu terpisah. Ketka badai mereda dan kapal misterius itu terlihat kembali, dua orang pengawas kapal Ilian Austin melihat dari teropong mereka. Ternyata di kapal itu sudah tidak ada seorang manusia pun. Nakhoda segera memerintahkan anak buahnya untuk menurunkan sekoci dan dia sendiri naik ke atas kapal layar itu. Ternyata kapal layar itu memang kosong. Anak buahnya yang dia tempatkan di kapal tersebut ternyata raib tanpa jejak. Penumpang Ilian Austin gempar. Kedua pengawas kapal itu segera mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mencari awak kapal yang hilang itu, tetapi tetap tidak ditemukan. Nakhoda sekali lagi menempatkan empat anak buahnya yang lain untuk menjalankan kapal misterius tersebut. Beberapa waktu kemudian kapal tak dikenal itupun lenyap di kejauhan. Nakhoda tidak menaruh curiga apapun dan dia yakin sepenuhnya bahwa dia akan menemukan kapal itu di pelabuhan San Juans ketika nanti kapalnya merapat. Akan tetapi, begitu kapalnya merapat di dermaga, ternyata dia tidak menemukan kapal tersebut. Kapal itu lenyap berikut empat anak buahnya yang berada di atasnya. Persoalan penting yang berkaitan dengan masalah seperti ini adalah bahwa kapal tersebut tidak dilengkapi dengan alat perekam yang mencatat peristiwa yang dialaminya, sehingga membuat orang-orang ragu akan berita yang disampaikannya. Akan tetapi dalam beberapa kasus lainnya, khususnya yang terjadi lebih terkemudian, seperti yang dialami oleh kapal Amerika Goethe, yang ditinggalkan begitu saja di dekat Pulau Samoa pada tahun 1955, jelas kapal ini dilengkapi dengan peralatan canggih yang mencatat kejadian sehari-hari. Akan tetapi, secara tiba-tiba alat pencatat dan pengirim beritanya berhenti bekerja, yang menunjukkan bahwa kapal tersebut sedang berada dalam keadaan bahaya. Yang lebih mengherankan lagi adalah bahwa kapal ini dilengkapi dengan semacam pelampung besar di kedua sisinya, sehingga mustahil bisa tenggelam. Para arsitek tahu betul akan hal itu. Lantas, masalah apa yang kira-kira mengganggu para awaknya sehingga mereka meninggalkan kapal tersebut begitu saja, dan menggunakan sekoci yang memang tidak ditemukan di kapal itu? Tidak ada seorang pun yang tahu.

Lembaga Meteorologi dan Geofisika Amerika mengorbitkan satelit buatan guna menyingkap misteri Bermuda dan memantau tempat-tempat tertentu di muka bumi. Akan tetapi, sekali waktu, tiba-tiba saja dan denan sangat mengejutkan pesan-pesan dan suara-suara yang ditangkapnya saat ia melintasi wilayah Bermuda terputus begitu saja. Profesor Wyne Mitchgeon ditugasi untuk meneliti peristiwa tersebut. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa, “Kita sedang berbicara tentang suatu kekuatan yang sangat besar dan tanpa batas dan kita tidak tahu sedikitpun tentang itu.” Kendati satelit tersebut tetap mengirimkan gambar tentang awan dan lapisan tanah, melalui sinar infra merah, namun ganbar yang dikirimkannya ternyata tertangkap di bagian bumi yang berhadapan. Yang pertama di Alaska dan yang kedua di Virginia. Seluruh pesan yang dikirimkannya tidak terputus kecuali ketika satelit tersebut melintasi daerah Bermuda. Di layar monitor hanya terlihat medan luas yang kosong dan sunyi. Akan tetapi yang lebih dari itu adalah bahwa satelit tersebut mengirimkan gambar yang sangat aneh, dan itu terjadi ketika ia melintasi wilayah Bermuda. Di layar monitor terlihat satu daratan luas yang terletak tepat di Segitiga Bermuda. Ini, tentu saja sangat mengejutkan. Adalah sangat mustahil bahwa di samudera dan di daerah kosong sperti itu terdapat daratan yang sangat luas. Seiring dengan munculnya gambar di layar monitor tersebut, segera dibentuk tim ahli untuk meneliti daratan yang terletak di Bermuda tersebut. Malangnya, di wilayah itu mereka tidak menemukan apapun kecuali hembusa angin kencang dan deburan ombak. Yang lebih mengherankan lagi adalah bahwa, pada tahun 1966, Angkatan Laut Amerika kembali melakukan survey terhadap wilayah Bermuda. Untuk itu dikerahkanlah detector suara dan gambar yang sangat sangat canggih kea rah Bermuda. Ternyata yang tertangkap oleh peralatan canggih ini hanyalah suara-suara hiruk pikuk dan tak dikenal, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan suara-suara di dasar laut yang pernal dikenal manusia. Akhirnya, tahulah mereka bahwa mereaka sedang berhadapan dengan makhluk-makhluk asing yang tidak diketaui oleh siapapun kecuali Penciptanya.

Sabtu, 01 Agustus 2009

DisneysportsnToys Wallpapers Widescreen Free Backgrounds Twitter Facebook Myspace Hi5

DisneysportsnToys Wallpapers Widescreen Free Backgrounds Twitter Facebook Myspace Hi5

Shared via AddThis

KAPITALISME DAN SELEKSI ALAM DI BIDANG EKONOMI

Istilah kapitalisme berarti kekuasaan ada di tangan kapital, sistem ekonomi bebas tanpa batas yang didasarkan pada keuntungan, di mana masyarakat bersaing dalam batasan-batasan ini. Terdapat tiga unsur penting dalam kapitalisme: pengutamaan kepentingan pribadi (individualisme), persaingan (kompetisi) dan pengerukan kuntungan. Individualisme penting dalam kapitalisme, sebab manusia melihat diri mereka sendiri bukanlah sebagai bagian dari masyarakat, akan tetapi sebagai “individu-individu” yang sendirian dan harus berjuang sendirian untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. “Masyarakat kapitalis” adalah arena di mana para individu berkompetisi satu sama lain dalam kondisi yang sangat sengit dan kasar. Ini adalah arena pertarungan sebagaimana yang dijelaskan Darwin, di mana yang kuat akan tetap hidup, sedangkan yang lemah dan tak berdaya akan terinjak dan termusnahkan, dan tempat di mana kompetisi yang sengit mendominasi.

Menurut cara berpikir yang dijadikan dasar berpijak kapitalisme, setiap individu – dan ini dapat berupa seseorang, sebuah perusahaan atau suatu bangsa – harus berjuang atau berperang hanya untuk kemajuan dan kepentingannya sendiri. Yang paling menentukan dalam peperangan ini adalah produksi. Para produsen yang paling unggul akan bertahan hidup, sedang yang lemah dan tidak mampu bersaing akan tersingkir dan mati. Inilah sistem yang sedang berlaku, dan seolah tidak ada kepedulian bahwa mereka yang tersingkirkan dalam perjuangan sengit ini, mereka yang terinjak-injak dan jatuh ke jurang kemiskinan adalah manusia. Sebaliknya yang justru dianggap lebih penting bukanlah manusia, akan tetapi pertumbuhan ekonomi, dan barang-barang, yakni produk dari pertumbuhan ekonomi ini. Dengan sebab ini, mentalitas kapitalis tidak merasakan adanya tanggung jawab moral atau hati nurani atas orang-orang yang terinjak di bawah kaki mereka, dan yang harus hidup dengan berbagai kesulitan. Ini adalah Darwinisme yang diterapkan secara menyeluruh pada masyarakat di bidang ekonomi

Seorang pendukung teori evolusi dalam bukunya The Moral Animal, Robert Wright, mengulas secara singkat tentang pengertian Darwinisme Sosial serta bencana kemanusiaan akibat munculnya teori evolusi, bahwa:
“Tidak dapat dipungkiri, teori evolusi memiliki sejarah panjang yang kelam dalam penerapannya pada hubungan antar manusia. Setelah bercampur dengan filsafat politik di sekitar peralihan abad ini, untuk membentuk ideologi yang tidak jelas, yang dikenal dengan “Darwinisme Sosial”, ideologi ini digunakan oleh kaum rasis, fasis dan kapitalis yang tidak memiliki hati nurani” 1
Dengan menyatakan perlunya mendorong kompetisi di berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan memaklumkan tidak perlunya memberikan kesempatan atau bantuan bagi masyarakat yang lemah di sektor apapun, baik kesehatan maupun ekonomi, para perumus Darwinisme Sosial terkemuka telah meletakkan dukungan “filosofis” dan “ilmiah” bagi kapitalisme. Misalnya, menurut Tille, sosok terkemuka yang mewakili mentalitas kapitalis-Darwinis, menyatakan bahwa adalah kesalahan besar untuk mencegah kemiskinan dengan memberikan bantuan atau pertolongan bagi “kelas-kelas yang tersingkirkan”, sebab ini berarti ikut campur dalam proses seleksi alam yang mendorong berlangsungnya evolusi. 2

Dalam pandangan Herbert Spencer, perumus terkemuka Darwiniwme Sosial, yang juga memasukkan prinsip-prinsip Darwinisme pada kehidupan masyarakat, jika seseorang itu miskin maka ini adalah kesalahannya; tak seorangpun berkewajiban menolong orang ini untuk bangkit (dari kemiskinannya). Jika seseorang itu kaya, bahkan jika ia telah mendapatkan kekayaannya melalui cara yang amoral, maka hal ini adalah karena kecakapannya. Oleh karena itu, orang yang kaya akan tetap bertahan hidup, sedangkan yang miskin akan tersingkirkan dan terhapuskan. Ini adalah pandangan yang telah hampir mendominasi secara keseluruhan pada masyarakat jaman sekarang, dan merupakan gambarang singkat tentang moralitas kapitalis-Darwinis.

Spencer, yang mendukung dan mempertahankan moralitas ini, mneyelesaikan karyanya berjudul Social Statistics pada tahun 1850, dan menolak semua sistem bantuan (untuk masyarakat) yang diusulkan oleh negara, antisipasi bagi perlindungan terhadap kesehatan, sekolah-sekolah negeri, dan vaksinasi wajib. Sebab menurut Darwiniwme Sosial, tatanan masyarakat terbentuk dari prinsip bahwa yang kuat akan tetap bertahan hidup. Pemberian bantuan dan pemberdayaan bagi masyarakat lemah dan menjadikan mereka tetap bertahan hidup adalah pelanggaran terhadap prinsip ini. Yang kaya tetap kaya dikarenakan mereka lebih mampu bertahan hidup; sebagian bangsa menjajah bangsa lain, sebab bangsa-bangsa penjajah ini lebih cerdas dan unggul. Spencer bersiteguh menerapkan doktrin ini: “Jika mereka benar-benar layak untuk hidup, mereka akan hidup, dan sudah sebaiknya jika mereka harus hidup. Jika mereka benar-benar layak untuk mati, mereka akan mati, dan adalah paling baik jika mereka harus mati” (3)

Graham Sumner, Professor Ilmu Politik dan Sosial di Universitas Yale, adalah juru bicara Darwinisme Sosial di Amerika. Dalam salah satu tulisannya, ia merangkum pandangannya tentang masyarakat manusia sebagai berikut:

...jika kita mengangkat seseorang ke atas kita harus memiliki tumpuan, yakni titik reaksi. Dalam masyarakat ini berarti bahwa untuk mengangkat seseorang ke atas maka kita harus mendorong yang seseorang yang lain ke bawah.

Richard Milner, editor senior pada Majalah Natural History terbitan American Museum of Natural History, New York, menulis:
Salah satu juru bicara terkemuka Darwinisme Sosial, William Graham Sumner dari Princeton, berpandangan bahwa kaum jutawan adalah individu-individu yang paling mampu (bertahan hidup) dalam masyarakat dan berhak mendapatkan hak-hak istimewa. Mereka “secara alamiah telah terseleksi di arena kompetisi”

Sebagaimana telah kita ketahui dari pernyataan-pernyataan ini, para Darwinis sosial menggunakan teori evolusi Darwin sebagai pernyataan “ilmiah” bagi masyarakat kapitalis. Akibat dari hal ini, masyarakat telah kehilangan ajaran-ajaran yang telah dibawa oleh agama seperti saling tolong-menolong, kedermawanan, dan kerjasama; sebaliknya semua ini telah tergantikan oleh sifat mementingkan diri sendiri, kikir dan oportunisme. Menurut perumus terkemuka Darwinisme sosial, Profesor E.A. Ross asal Amerika,”Bantuan kemanusiaan oleh kaum Kristiani sebagai sarana beramal baik telah memunculkan tempat berlindung di mana orang-orang sangat idiot tumbuh dan berkembang biak.” Lagi menurut Ross,”Negara mengumpulkan orang-orang bisu dan tuli di tempat-tempat penampungannya, dan ras bisu dan tuli sedang dalam proses pembentukan.” Ross menolak semua ini karena dianggap mencegah berlangsungnya proses evolusi di alam.

Begitulah, Darwinisme telah meletakkan landasan filosofis bagi semua sistem ekonomi kapitalis di dunia dan sistem politik yang dibentuk oleh sistem ekonomi ini.

Tidak mengherankan jika para pendukung utama Darwinisme Sosial adalah para pemilik kapital. Kemunculan yang kuat dengan menginjak-injak yang lemah dan dengan meyakini kebijakan ekonomi yang sangat jauh dari rasa belas kasih, tolong-menolong dan cinta sesama tidak lagi menjadi sesuatu yang terkutuk. Sebab perilaku seperti ini dianggap sebagai sejalan dengan “penjelasan ilmiah” dan “hukum alam”, yakni evolusi.

Menurut Richard Hofstadter, penulis buku Social Darwinism in American Thought, juragan perkeretaapian, Chauncey Depew mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki ketenaran, keberuntungan dan kekuasaan di kota New York mewakili mereka yang paling kuat dan layak untuk tetap bertahan hidup, melalui kecakapan mereka yang unggul, kemampuan berpikir ke depan dan kemampuan beradaptasi”. Baron kereta api yang lain, James J. Hill, mengatakan bahwa “keberuntungan perusahaan-perusahaan perkeretaapian ditentukan oleh hukum kemampuan bertahan hidup bagi yang layak dan kuat”

Dalam biografinya, Andrew Carnegie, seorang pemilik kapital utama di Amerika, menyatakan kepercayaannya pada evolusi dengan perkataannya, “Saya telah menemukan kebenaran evolusi.” (4) Dalam bagian lain ia menuliskan perkataan ini:

(Hukum kompetisi) itu ada di sini; kita tidak dapat menghindarinya; tak ada penjelasan lain yang telah ditemukan untuk menggantikannya; dan kendatipun hukum ini mungkin terkadang terasa berat bagi individu, namun inilah yang terbaik bagi sekelompok ras, sebab hal ini menjamin kelangsungan bertahan hidup bagi yang paling layak di semua aspek (kehidupan)”

Dalam artikel Darwin’s Three Mistakes, ilmuwan evolusioner Kenneth J. Hsü, membongkar pemikiran Darwinis kaum kapitalis Amerika, termasuk pernyataan Rockefeller yang menyatakan bahwa, “pertumbuhan bisnis besar hanyalah sekedar [tentang kemampuan] individu yang kuat [untuk] tetap bertahan hidup; [hal] tersebut hanyalah cara kerja hukum alam.” (5)

Sungguh sangat menarik bahwa di Amerika, lembaga-lembaga seperti Rockefeller Foundation dan the Carnegie Institution, yang didanai oleh para raja kapitalis seperti Rockefeller dan Carnegie, memberikan bantuan dana yang cukup besar untuk penelitian di bidang evolusi.
Sebagaimana telah dipahami dari apa yang telah diuraikan, kapitalisme telah menyeret manusia untuk menyembah hanya uang dan kekuatan yang bersumber dari uang. Dengan menganggap segala ajaran agama dan etika sebagai sesuatu yang tidak bermakna, masyarakat yang terpengaruh oleh gagasan evolusi mulai lebih mementingkan peranan dan kekuatan yang bersifat materi, dan terseret menjauhi perasaan seperti cinta, kasih sayang dan pengorbanan.

Moralitas kapitalis ini telah menjadi sangat berpengaruh hampir di seluruh masyarakat masa kini. Dengan dalih ini, kaum miskin, lemah dan tak berdaya tidak diberikan bantuan serta perlindungan. Bahkan jika mereka terjangkiti penyakit parah dan mematikan, mereka tidak mampu mendapatkan siapa saja yang dapat membantu mengobati. Kaum papa diterlantarkan begitu saja dengan penyakitnya hingga meninggal. Di banyak negara, berbagai kedzaliman dan tindakan tak manusiawi seperti pemaksaan anak-anak secara kasar untuk bekerja dan perampasan hak-hak sosial sangatlah sering dijumpai.

Saat ini, alasan mengapa bangsa-bangsa seperti Ethiopia terjerembab dalam kekeringan dan kelaparan adalah dominasi moral kapitalis ini. Kendatipun bantuan dari banyak negara mampu untuk menyelamatkan orang-orang yang kelaparan ini, namun mereka diterlantarkan kelaparan dan miskin begitu saja.

Big Bang

BIG BANG, LEDAKAN YANG MENGHANCURKAN PAHAM MATERIALISME

Gagasan Kuno Abad 19: Alam Semesta Kekal

Gagasan yang umum di abad 19 adalah bahwa alam semesta merupakan kumpulan materi berukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya. Selain meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis, pandangan ini menolak keberadaan sang Pencipta dan menyatakan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir.

Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl Marx.

Para penganut materalisme meyakini model alam semesta tak hingga sebagai dasar berpijak paham ateis mereka. Misalnya, dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie, filosof materialis George Politzer mengatakan bahwa "alam semesta bukanlah sesuatu yang diciptakan" dan menambahkan: "Jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan".

Ketika Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia berpijak pada model alam semesta statis abad 19, dan menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah pernyataan ilmiah. Namun, sains dan teknologi yang berkembang di abad 20 akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan materialisme ini.

Astronomi Mengatakan: Alam Semesta Diciptakan

Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson California, ahli astronomi Amerika, Edwin Hubble membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini "bergerak menjauhi" kita. Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah. Selama pengamatan oleh Hubble, cahaya dari bintang-bintang cenderung ke warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang ini terus-menerus bergerak menjauhi kita.

Jauh sebelumnya, Hubble telah membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksi bergerak tak hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama lain adalah bahwa ia terus-menerus "mengembang".

Agar lebih mudah dipahami, alam semesta dapat diumpamakan sebagai permukaan balon yang sedang mengembang. Sebagaimana titik-titik di permukaan balon yang bergerak menjauhi satu sama lain ketika balon membesar, benda-benda di ruang angkasa juga bergerak menjauhi satu sama lain ketika alam semesta terus mengembang.

Sebenarnya, fakta ini secara teoritis telah ditemukan lebih awal. Albert Einstein, yang diakui sebagai ilmuwan terbesar abad 20, berdasarkan perhitungan yang ia buat dalam fisika teori, telah menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis. Tetapi, ia mendiamkan penemuannya ini, hanya agar tidak bertentangan dengan model alam semesta statis yang diakui luas waktu itu. Di kemudian hari, Einstein menyadari tindakannya ini sebagai 'kesalahan terbesar dalam karirnya'.

Apa arti dari mengembangnya alam semesta? Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa 'titik tunggal' ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki 'volume nol', dan 'kepadatan tak hingga'. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol ini.

Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big Bang', dan teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa 'volume nol' merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan konsep 'ketiadaan', yang berada di luar batas pemahaman manusia, hanya dengan menyatakannya sebagai 'titik bervolume nol'. Sebenarnya, 'sebuah titik tak bervolume' berarti 'ketiadaan'. Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah diciptakan. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 20, telah dinyatakan dalam Alqur'an 14 abad lampau: "Dia Pencipta langit dan bumi" (QS. Al-An'aam, 6: 101)

Teori Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain.

Big Bang, Fakta Menjijikkan Bagi Kaum Materialis

Big Bang merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah 'diciptakan dari ketiadaan', dengan kata lain ia diciptakan oleh Allah. Karena alasan ini, para astronom yang meyakini paham materialis senantiasa menolak Big Bang dan mempertahankan gagasan alam semesta tak hingga. Alasan penolakan ini terungkap dalam perkataan Arthur Eddington, salah seorang fisikawan materialis terkenal yang mengatakan: "Secara filosofis, gagasan tentang permulaan tiba-tiba dari tatanan Alam yang ada saat ini sungguh menjijikkan bagi saya".

Seorang materialis lain, astronom terkemuka asal Inggris, Sir Fred Hoyle adalah termasuk yang paling merasa terganggu oleh teori Big Bang. Di pertengahan abad 20, Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut steady-state yang mirip dengan teori 'alam semesta tetap' di abad 19. Teori steady-state menyatakan bahwa alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan mempertahankan paham materialis, teori ini sama sekali berseberangan dengan teori Big Bang, yang mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang mempertahankan teori steady-state telah lama menentang teori Big Bang. Namun, ilmu pengetahuan justru meruntuhkan pandangan mereka.

Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang 'seharusnya ada' ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut 'radiasi latar kosmis', tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka.

Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer. COBE ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang.

Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium.

Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat:

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. (QS. Al-Mulk, 67:3)

BERPIKIR SECARA MENDALAM

Banyak yang beranggapan bahwa untuk "berpikir secara mendalam", seseorang perlu memegang kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah ruangan yang sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sungguh, mereka telah menganggap "berpikir secara mendalam" sebagai sesuatu yang memberatkan dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah untuk kalangan "filosof".

Padahal, sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan, Allah mewajibkan manusia untuk berpikir secara mendalam atau merenung. Allah berfirman bahwa Al-Qur'an diturunkan kepada manusia untuk dipikirkan atau direnungkan:

"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan (merenungkan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran" (QS. Shaad, 38: 29).

Yang ditekankan di sini adalah bahwa setiap orang hendaknya berusaha secara ikhlas sekuat tenaga dalam meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikir.

Sebaliknya, orang-orang yang tidak mau berusaha untuk berpikir mendalam akan terus-menerus hidup dalam kelalaian yang sangat. Kata kelalaian mengandung arti

"ketidakpedulian (tetapi bukan melupakan), meninggalkan, dalam kekeliruan, tidak menghiraukan, dalam kecerobohan". Kelalaian manusia yang tidak berpikir adalah akibat melupakan atau secara sengaja tidak menghiraukan tujuan penciptaan diri mereka serta kebenaran ajaran agama. Ini adalah jalan hidup yang sangat berbahaya yang dapat menghantarkan seseorang ke neraka. Berkenaan dengan hal tersebut, Allah memperingatkan manusia agar tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang lalai:

"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS. Al-A'raaf, 7: 205)

"Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman." (QS. Maryam, 19: 39)

Dalam Al-Qur'an, Allah menyebutkan tentang mereka yang berpikir secara sadar, kemudian merenung dan pada akhirnya sampai kepada kebenaran yang menjadikan mereka takut kepada Allah. Sebaliknya, Allah juga menyatakan bahwa orang-orang yang mengikuti para pendahulu mereka secara taklid buta tanpa berpikir, ataupun hanya sekedar mengikuti kebiasaan yang ada, berada dalam kekeliruan. Ketika ditanya, para pengekor yang tidak mau berpikir tersebut akan menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang menjalankan agama dan beriman kepada Allah. Tetapi karena tidak berpikir, mereka sekedar melakukan ibadah dan aktifitas hidup tanpa disertai rasa takut kepada Allah. Mentalitas golongan ini sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur'an:

Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?"

Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?"

Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?"

Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?"

Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya, jika kamu mengetahui?"

Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu (disihir)?"

"Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang

berdusta." (QS. Al-Mu'minuun, 23: 84-90)

Berpikir dapat membebaskan seseorang dari belenggu sihir

Dalam ayat di atas, Allah bertanya kepada manusia, "…maka dari jalan manakah kamu ditipu (disihir)?. Kata disihir atau tersihir di sini mempunyai makna kelumpuhan mental atau akal yang menguasai manusia secara menyeluruh. Akal yang tidak digunakan untuk berpikir berarti bahwa akal tersebut telah lumpuh, penglihatan menjadi kabur, berperilaku sebagaimana seseorang yang tidak melihat kenyataan di depan matanya, sarana yang dimiliki untuk membedakan yang benar dari yang salah menjadi lemah. Ia tidak mampu memahami sebuah kebenaran yang sederhana sekalipun. Ia tidak dapat membangkitkan kesadarannya untuk memahami peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi di sekitarnya. Ia tidak mampu melihat bagian-bagian rumit dari peristiwa-peristiwa yang ada. Apa yang menyebabkan masyarakat secara keseluruhan tenggelam dalam kehidupan yang melalaikan selama ribuan tahun serta menjauhkan diri dari berpikir sehingga seolah-olah telah menjadi sebuah tradisi adalah kelumpuhan akal ini.

Pengaruh sihir yang bersifat kolektif tersebut dapat dikiaskan sebagaimana berikut:

Dibawah permukaan bumi terdapat sebuah lapisan mendidih yang dinamakan magma, padahal kerak bumi sangatlah tipis. Tebal lapisan kerak bumi dibandingkan keseluruhan bumi adalah sebagaimana tebal kulit apel dibandingkan buah apel itu sendiri. Ini berarti bahwa magma yang membara tersebut demikian dekatnya dengan kita, dibawah telapak kaki kita!

Setiap orang mengetahui bahwa di bawah permukaan bumi ada lapisan yang mendidih dengan suhu yang sangat panas, tetapi manusia tidak terlalu memikirkannya. Hal ini dikarenakan para orang tua, sanak saudara, kerabat, teman, tetangga, penulis artikel di koran yang mereka baca, produser acara-acara TV dan professor mereka di universitas tidak juga memikirkannya.

Ijinkanlah kami mengajak anda berpikir sebentar tentang masalah ini. Anggaplah seseorang yang telah kehilangan ingatan berusaha untuk

mengenal sekelilingnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada setiap orang di sekitarnya. Pertama-tama ia menanyakan tempat dimana ia berada. Apakah kira-kira yang akan muncul di benaknya apabila diberitahukan bahwa di bawah tempat dia berdiri terdapat sebuah bola api mendidih yang dapat memancar dan berhamburan dari permukaan bumi pada saat terjadi gempa yang hebat atau gunung meletus? Mari kita berbicara lebih jauh dan anggaplah orang ini telah diberitahu bahwa bumi tempat ia berada hanyalah sebuah planet kecil yang mengapung dalam ruang yang sangat luas, gelap dan hampa yang disebut ruang angkasa. Ruang angkasa ini memiliki potensi bahaya yang lebih besar dibandingkan materi bumi tersebut, misalnya: meteor-meteor dengan berat berton-ton yang bergerak dengan leluasa di dalamnya. Bukan tidak mungkin meteor-meteor tersebut bergerak ke arah bumi dan kemudian menabraknya.

Mustahil orang ini mampu untuk tidak berpikir sedetikpun ketika berada di tempat yang penuh dengan bahaya yang setiap saat mengancam jiwanya. Ia pun akan berpikir pula bagaimana mungkin manusia dapat hidup dalam sebuah planet yang sebenarnya senantiasa berada di ujung tanduk, sangat rapuh dan membahayakan nyawanya. Ia lalu sadar bahwa kondisi ini hanya terjadi karena adanya sebuah sistim yang sempurna tanpa cacat sedikitpun. Kendatipun bumi, tempat ia tinggal, memiliki bahaya yang luar biasa besarnya, namun padanya terdapat sistim keseimbangan yang sangat akurat yang mampu mencegah bahaya tersebut agar tidak menimpa manusia. Seseorang yang menyadari hal ini, memahami bahwa bumi dan segala makhluk di atasnya dapat melangsungkan kehidupan dengan selamat hanya dengan kehendak Allah, disebabkan oleh adanya keseimbangan alam yang sempurna dan tanpa cacat yang diciptakan-Nya.

Contoh di atas hanyalah satu diantara jutaan, atau bahkan trilyunan contoh-contoh yang hendaknya direnungkan oleh manusia. Di bawah ini satu lagi contoh yang mudah-mudahan membantu dalam memahami bagaimana "kondisi lalai" dapat mempengaruhi sarana berpikir manusia dan melumpuhkan kemampuan akalnya.

Manusia mengetahui bahwa kehidupan di dunia berlalu dan berakhir sangat cepat. Anehnya, masih saja mereka bertingkah laku seolah-olah mereka tidak akan pernah meninggalkan dunia. Mereka melakukan pekerjaan seakan-akan di dunia tidak ada kematian. Sungguh, ini adalah sebuah bentuk sihir atau mantra yang terwariskan secara turun-temurun. Keadaan ini berpengaruh sedemikian besarnya sehingga ketika ada yang berbicara tentang kematian, orang-orang dengan segera menghentikan topik tersebut karena takut kehilangan sihir yang selama ini membelenggu mereka dan tidak berani menghadapi kenyataan tersebut. Orang yang mengabiskan seluruh hidupnya untuk membeli rumah yang bagus, penginapan musim panas, mobil dan kemudian menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah yang bagus, tidak ingin berpikir bahwa pada suatu hari mereka akan mati dan tidak akan dapat membawa mobil, rumah, ataupun anak-anak beserta mereka.

Akibatnya, daripada melakukan sesuatu untuk kehidupan yang hakiki setelah mati, mereka memilih untuk tidak berpikir tentang kematian.

Namun, cepat atau lambat setiap manusia pasti akan menemui ajalnya. Setelah itu, percaya atau tidak, setiap orang akan memulai sebuah kehidupan yang kekal. Apakah kehidupannya yang abadi tersebut berlangsung di surga atau di neraka, tergantung dari amal perbuatan selama hidupnya yang singkat di dunia. Karena hal ini adalah sebuah kebenaran yang pasti akan terjadi, maka satu-satunya alasan mengapa manusia bertingkah laku seolah-olah mati itu tidak ada adalah sihir yang telah menutup atau membelenggu mereka akibat tidak berpikir dan merenung.

Orang-orang yang tidak dapat membebaskan diri mereka dari sihir dengan cara berpikir, yang mengakibatkan mereka berada dalam kelalaian, akan melihat kebenaran dengan mata kepala mereka sendiri setelah mereka mati, sebagaimana yang diberitakan Allah kepada kita dalam Al-Qur'an :

"Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam." (QS. Qaaf, 50: 22)

Dalam ayat di atas penglihatan seseorang menjadi kabur akibat tidak mau berpikir, akan tetapi penglihatannya menjadi tajam setelah ia dibangkitkan dari alam kubur dan ketika mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya di akhirat.

Perlu digaris bawahi bahwa manusia mungkin saja membiarkan dirinya secara sengaja untuk dibelenggu oleh sihir tersebut. Mereka beranggapan bahwa dengan melakukan hal ini mereka akan hidup dengan tentram. Syukurlah bahwa ternyata sangat mudah bagi seseorang untuk merubah kondisi yang demikian serta melenyapkan kelumpuhan mental atau akalnya, sehingga ia dapat hidup dalam kesadaran untuk mengetahui kenyataan. Allah telah memberikan jalan keluar kepada manusia; manusia yang merenung dan berpikir akan mampu melepaskan diri dari belenggu sihir pada saat mereka masih di dunia. Selanjutnya, ia akan memahami tujuan dan makna yang hakiki dari segala peristiwa yang ada. Ia pun akan mampu memahami kebijaksanaan dari apapun yang Allah ciptakan setiap saat.

Seseorang dapat berpikir kapanpun dan dimanapun

Berpikir tidaklah memerlukan waktu, tempat ataupun kondisi khusus. Seseorang dapat berpikir sambil berjalan di jalan raya, ketika pergi ke kantor, mengemudi mobil, bekerja di depan komputer, menghadiri pertemuan dengan rekan-rekan, melihat TV ataupun ketika sedang makan siang.

Misalnya: di saat sedang mengemudi mobil, seseorang melihat ratusan orang berada di luar. Ketika menyaksikan mereka, ia terdorong untuk berpikir tentang berbagai macam hal. Dalam benaknya tergambar penampilan fisik dari ratusan orang yang sedang disaksikannya yang sama sekali berbeda satu sama lain. Tak satupun diantara mereka yang mirip dengan yang lain. Sungguh menakjubkan: kendatipun orang-orang ini memiliki anggota tubuh yang sama, misalnya sama-sama mempunyai mata, alis, bulu mata, tangan, lengan, kaki, mulut dan hidung; tetapi mereka terlihat sangat berbeda satu sama lain. Ketika berpikir sedikit mendalam, ia akan teringat bahwa:

Allah telah menciptakan bilyunan manusia selama ribuan tahun, semuanya berbeda satu dengan yang lain. Ini adalah bukti nyata tentang ke Maha Perkasaan dan ke Maha Besaran Allah.

Menyaksikan manusia yang sedang lalu lalang dan bergegas menuju tempat tujuan mereka masing-masing, dapat memunculkan beragam pikiran di benak seseorang. Ketika pertama kali memandang, muncul di pikirannya: manusia yang jumlahnya banyak ini terdiri atas individu-individu yang khas dan unik. Tiap individu memiliki dunia, keinginan, rencana, cara hidup, hal-hal yang membuatnya bahagia atau sedih, serta perasaannya sendiri. Secara umum, setiap manusia dilahirkan, tumbuh besar dan dewasa, mendapatkan pendidikan, mencari pekerjaan, bekerja, menikah, mempunyai anak, menyekolahkan dan menikahkan anak-anaknya, menjadi tua, menjadi nenek atau kakek dan pada akhirnya meninggal dunia. Dilihat dari sudut pandang ini, ternyata perjalanan hidup semua manusia tidaklah jauh berbeda; tidak terlalu penting apakah ia hidup di perkampungan di kota Istanbul atau di kota besar seperti Mexico, tidak ada bedanya sedikitpun. Semua orang suatu saat pasti akan mati, seratus tahun lagi mungkin tak satupun dari orang-orang tersebut yang akan masih hidup. Menyadari kenyataan ini, seseorang akan berpikir dan bertanya kepada dirinya sendiri: "Jika kita semua suatu hari akan mati, lalu apakah gerangan yang menyebabkan manusia bertingkah laku seakan-akan mereka tak akan pernah meninggalkan dunia ini? Seseorang yang akan mati sudah sepatutnya beramal secara sungguh-sungguh untuk kehidupannya setelah mati; tetapi mengapa hampir semua manusia berkelakuan seolah-olah hidup mereka di dunia tak akan pernah berakhir?"

Orang yang memikirkan hal-hal semacam ini lah yang dinamakan orang yang berpikir dan mencapai kesimpulan yang sangat bermakna dari apa yang ia pikirkan.

Sebagian besar manusia tidak berpikir tentang masalah kematian dan apa yang terjadi setelahnya. Ketika mendadak ditanya,"Apakah yang sedang anda pikirkan saat ini?", maka akan terlihat bahwa mereka sedang memikirkan segala sesuatu yang sebenarnya tidak perlu untuk dipikirkan, sehingga tidak akan banyak manfaatnya bagi mereka. Namun, seseorang bisa juga "berpikir" hal-hal yang "bermakna", "penuh hikmah" dan "penting" setiap saat semenjak bangun tidur hingga kembali ke tempat tidur, dan mengambil pelajaran ataupun kesimpulan dari apa yang dipikirkannya.

Dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan bahwa orang-orang yang beriman memikirkan dan merenungkan secara mendalam segala kejadian yang ada dan mengambil pelajaran yang berguna dari apa yang mereka pikirkan.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Aali 'Imraan, 3: 190-191).

Ayat di atas menyatakan bahwa oleh karena orang-orang yang beriman adalah mereka yang berpikir, maka mereka mampu melihat hal-hal yang menakjubkan dari ciptaan Allah dan mengagungkan Kebesaran, Ilmu serta Kebijaksanaan Allah.

Berpikir dengan ikhlas sambil menghadapkan diri kepada Allah

Agar sebuah perenungan menghasilkan manfaat dan seterusnya menghantarkan kepada sebuah kesimpulan yang benar, maka seseorang harus berpikir positif. Misalnya: seseorang melihat orang lain dengan penampilan fisik yang lebih baik dari dirinya. Ia lalu merasa dirinya rendah karena kekurangan yang ada pada fisiknya dibandingkan dengan orang tersebut yang tampak lebih rupawan. Atau ia merasa iri terhadap orang tersebut. Ini adalah pikiran yang tidak dikehendaki Allah. Jika ridha Allah yang dicari, maka seharusnya ia menganggap bagusnya bentuk rupa orang yang ia lihat sebagai wujud dari ciptaan Allah yang sempurna. Dengan melihat orang yang rupawan sebagai sebuah keindahan yang Allah ciptakan akan memberikannya kepuasan. Ia berdoa kepada Allah agar menambah keindahan orang tersebut di akhirat. Sedang untuk dirinya sendiri, ia juga meminta kepada Allah agar dikaruniai keindahan yang hakiki dan abadi di akhirat kelak. Hal serupa seringkali dialami oleh seorang hamba yang sedang diuji oleh Allah untuk mengetahui apakah dalam ujian tersebut ia menunjukkan perilaku serta pola pikir yang baik yang diridhai Allah atau sebaliknya.

Keberhasilan dalam menempuh ujian tersebut, yakni dalam melakukan perenungan ataupun proses berpikir yang mendatangkan kebahagiaan di akhirat, masih ditentukan oleh kemauannya dalam mengambil pelajaran atau peringatan dari apa yang ia renungkan. Karena itu, sangatlah ditekankan disini bahwa seseorang hendaknya selalu berpikir secara ikhlas sambil menghadapkan diri kepada Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur'an :

"Dia lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu rezki dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah)." (QS. Ghaafir, 40: 13)